Thursday, July 30, 2020

Hadi Ibnu Sabililah, Kekuatan Pena dan Lensa

KOMPAS/MELATI MEWANGI---Pendiri Komunitas Pena dan Lensa Hadi Ibnu Sabilillah mengajak anak muda bisa mengembangkan bakatnya di dunia menulis dan sinematografi.

Hadi Ibnu Sabilillah mendirikan Komunitas Pena dan Lensa (Kopel) yang fokus mempelajari jurnalistik dan sastra. Belakangan, komunitas tertarik pada fotografi, grafis, dan sinematografi.

Jiwa muda Hadi Ibnu Sabilillah (24) pernah bergejolak sekaligus gelisah lantaran di Purwakarta, Jawa Barat, hasratnya pada dunia menulis dan sinematografi tidak menemukan tempat berlabuh. Akhirnya, ia membangun sendiri komunitas menulis dan sinematografi.


Jumat (17/7/2020) pagi, rumah sekretariat Komunitas Pena dan Lensa (Kopel) di Purwakarta sepi akibat pandemi. Di tempat yang biasanya ramai dengan diskusi beragam tema itu, Hadi kembali mengingat saat pertama kali mendirikan Kopel lima tahun lalu. "Saat itu, tahun 2015 saya baru lulus SMA. Saya sulit mencari wadah mengembangkan hobi menulis di Purwakarta. Tidak ada teman dan tidak tahu belajar kepada siapa," katanya.

Ia beberapa kali ikut pelatihan jurnalistik yang digelar sejumlah kampus di Purwakarta. Dari sana, tak hanya dapat ilmunya, Hadi juga mengenal beberapa wartawan media cetak yang jadi pembicara. Kepada mereka, Hadi minta izin untuk ikut liputan. Apa yang ia saksikan saat liputan, ia bandingkan dengan berita yang dimuat di koran. Begitulah, Hadi belajar menulis.

Suatu ketika ia menulis opini yang dimuat koran lokal Purwakarta. Ia makin percaya diri. Dari situ, ia mengajak beberapa teman SMA dan mahasiswa untuk belajar menulis bersama. Ternyata ada 20 orang yang tertarik. Pada 2016, Hadi mendirikan Komunitas Pena dan Lensa (Kopel) yang fokus mempelajari jurnalistik dan sastra. Belakangan, mereka juga tertarik pada fotografi, grafis, dan sinematografi. Sinematografi bahkan menjadi poros kerja sama antara divisi. Ketika membuat film, anggota di divisi sastra membuat naskah atau skenario film. Divisi grafis membuat poster film. Divisi fotografi membuat foto cerita di balik layar. Divisi jurnalistik membuat tulisan pascaproduksi.

ARSIP KOMUNITAS PENA DAN LENSA (KOPEL)---Kegiatan pengenalan rangkaian Festival Film Purwakarta di Desa Raharja, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, awal Maret 2020. Kegiatan ini sudah dua kali diselenggarakan oleh Kopel.

Dalam waktu singkat Kopel berkembang. Anggotanya pernah mencapai 200-an orang dan yang aktif hingga sekarang 120 orang, mayoritas anggota adalah pelajar SMA dan mahasiswa di Purwakarta. Komunitas ini rajin menggelar pelatihan dan kegiatan seperti malam puisi, malam seni, layar tancap, hingga festival film. Malam puisi diadakan sebulan sekali di beberapa lokasi di pusat kota dengan sasaran anak muda. Malam seni fokus menggali potensi dan kegiatan di berbagai desa di Purwakarta.

Kopel, misalnya pernah menggelar malam seni di Desa Raharja, Kecamatan Wanayasa, sekitar 28 kilometer dari pusat kota Purwakarta pada Mei 2018. Acara ini fokus pada dokumentasi potensi, sejarah, dan kearifan lokal desa itu. Salah satu potensi yang diangkat adalah kesenian terbang buhun. Pengambilan gambar dilakukan pada awal bulan dan ditampilkan di kantor desa pada akhir bulan (layar tancap).

“Warga desa sangat senang kalau masuk ke dalam scene film. Mereka ketawa setiap melihat pemeran yang muncul adalah tetangganya sendiri. Semoga kian menumbuhkan rasa kekeluargaan dan saling memiliki terhadap desanya,” ujar Hadi.

Dari desa
Dari kegiatan ini, Hadi melahirkan laman daridesa.com yang mengangkat tulisan tentang potensi desa-desa. Laman tersebut sekaligus menjadi wadah berkarya divisi jurnalistik dan fotografi. Ada pula penulis dari luar komunitas. Tak ada insentif untuk tulisan yang diunggah.

ARSIP KOMUNITAS PENA DAN LENSA (KOPEL)---Komunitas Pena dan Lensa rutin mengadakan kumpul bersama dan diskusi anggota di Sekretariat Kopel, Purwakarta, Jawa Barat. Tak hanya berkumpul, mereka juga makan bersama/ ngaliwet untuk mempererat hubungan antaranggota.

Kegiatan lain yang dirintis Kopel adalah Festival Film Purwakarta yang digagas sejak 2019. Festival ini menjadi ruang apresiasi bagi sineas muda agar terpacu memproduksi film berkualitas. Di sisi lain, bisa menjadi parameter sineas Purwakarta dalam melihat perkembangan film di luar daerah.

Dana kegiatan dihimpun dari uang patungan anggota, usaha dana penjualan kaos, dan donatur. Mayoritas bersumber dari donasi seikhlasnya dari para anggota, sebab tak mudah untuk mendapatkan dukungan biaya dari pihak luar.

Hadi tak pernah menduga jika komunitas ini berdampak pada orang sekitarnya. Hal ini baru ia sadari saat salah seorang teman difabel yang berperan dalam film Kopel berjudul Amorfati: Semesta Bersamamu, Bersama Orang-Orang Seperti Kita, menyampaikan terima kasih. Film itu bercerita tentang teman difabel yang dikucilkan dalam pergaulan sehari-hari. Setelah diajak main film itu, teman difabel tersebut merasa lebih percaya diri.

“Sebelum kenal kalian (Kopel). Saya tidak berani bicara dengan teman normal dan nongkrong di kafe,” kata Hadi menirukan temannya yang merasa termotivasi oleh Kopel.

Kehadiran Kopel juga memberi makna khusus bagi Ikhsan Kamil (20), mahasiswa semester 5 STIEB Perdana Mandiri Purwakarta. Keinginannya belajar sinematografi sudah muncul tahun tiga tahun lalu, saat belum menemukan komunitas yang sesuai. Bagaikan gayung bersambut, ketika Kopel sedang blusukan ke daerah yang tak jauh dari desanya, dia langsung mendaftarkan diri. Kini, ia bisa menggunakan telepon pintar untuk belajar mengedit video, membuat desain logo, dan video promosi.

ARSIP KOMUNITAS PENA DAN LENSA (KOPEL)---Komunitas Pena dan Lensa (Kopel) menggelar acara Malam Anugerah Festival Film Purwakarta 2019.

Akan tetapi, semuanya pernah tak mulus bagi Hadi. Upayanya kerap diremehkan karena dianggap tak bertujuan dan hanya mengejar eksistensi. Keraguan orang terhadapnya justru membuat Hadi terpacu untuk terus berkarya dan membesarkan Kopel.

Kini, Kopel tidak hanya hadir di Purwakarta, tapi juga di beberapa daerah yakni Cimahi dan Sumedang (Jabar) serta Blitar (Jatim). Beberapa orang pernah menghubungi Hadi karena tertarik menduplikasi konsep Kopel di daerah tersebut dengan nama yang sama. Tanpa berpikir panjang, Hadi mempersilakan mereka.

“Ternyata banyak orang yang menyadari pentingnya komunitas tempat belajar dan mengembangkan diri bersama,” katanya.

Hadi Ibnu Sabilillah

Lahir: Karawang, 13 April 1996

Pendidikan:
- MA YPPA Cipulus Purwakarta (2012-2015)
- S1 Pendidikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta (2015-2019)

Penghargaan:
- 10 Besar Pemuda Inspiratif Program Kemenpora (2018)

KOMPAS/MELATI MEWANGI---Pendiri Komunitas Pena dan Lensa Hadi Ibnu Sabilillah

Oleh  MELATI MEWANGI

Editor   MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 30 Juli 2020

No comments:

Post a Comment

Prawacana

Koran Republika Cetak Berhenti Terbit